Thursday 30 March 2017

OBAT INFLUENZA




1.      Sekilas tentang Flu
Flu merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus (coronavirus, influenza virus) pada saluran pernapasan bagian atas. Penularan flu biasanya terjadi melalui kontak dengan sekret mukosa hidung orang yang terkena flu (dengan memegang tangan atau gagang pintu atau gagang telepon yang terkena sekret).
Obat untuk penyakit Flu biasanya mengandung satu atau lebih zat yang berkhasiat  dekongestan, antihistamin, antipiretik, analgesik, antitusif atau ekspektoran. Pengobatan flu tidak memerlukan antibiotik.
Gejala flu antara lain sebagai berikut :
·         Sakit tenggorokan yang diikuti oleh hidung tersumbat, berair, bersin dan batuk
·         Menggigil, sakit kepala, lemas, nyeri otot, dan demam ringan
·         Gangguan pada hidung terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 dan batuk (tidak selalu) muncul pada hari ke-4 atau ke-5
2.      Penanggulangan Flu dengan terapi non obat
Penyakit flu dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menggunakan obat. Terapi non obat yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala flu diantaranya:
·         Peningkatan asupan cairan dengan banyak minum air, teh, sari buah. Asupan cairan dapat mengurangi rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.
·         Istirahat yang cukup.
·         Makan makanan bergizi yaitu makanan dengan kalori dan protein tinggi yang akan menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin.
·         Mandi dengan air hangat dan berkumur dengan air garam.
·         Untuk bayi, dapat dilakukan dengan membersihkan saluran hidung dengan hati-hati. Pada umumnya, anak dengan usia di bawah 4 tahun tidak dapat mengeluarkan sekret (ingus) sendiri, oleh karena itu membutuhkan bantuan untuk membersihkan hidung. Pada bayi, dapat dilakukan irigasi hidung dengan menggunakan tetes larutan garam isotonik.
3.      Obat Flu yang beredar  di pasaran banyak sekali macamnya. Obat bebas yang dijual diapotik untuk obat flu bagi anak dan dewasa juga lebih sangat banyak sekali dan beragam jenisnya.
4.      Kandungan Obat Flu
a)       Analgesik atau pain killer, yang berfungsi sebegai pereda rasa sakit untuk sakit kepala, berkhasiat tenggorokan kering, meredakan nyeri otot, dan juga untuk mengatasi demam (Antipiretik ).
Antipiretik merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan demam dan  biasanya juga mempunyai efek pereda nyeri (analgesik). Antipiretik/analgesik yang biasa digunakan dalam pengobatan flu antara lain parasetamol, ibuprofen, dan asetosal. Obat flu umumnya sudah mengandung antipiretik/analgesik sehingga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat antipiretik/analgesik tunggal bersamaan dengan obat flu yang telah mengandung antipiretik/analgesik, misalnya mengkonsumsi tablet parasetamol bersamaan dengan mengkonsumsi obat lain yang mengandung ibuprofen atau asetosal.  Oleh karena itu, perhatikan komposisi zat berkhasiat yang terkandung dalam kedua obat tersebut.
b)       Dekongestan, berfungsi untuk mengatasi bersin-bersin dan juga untuk melegakan pada hidung yang tersumbat karena pilek. Dekongestan merupakan obat untuk mengurangi hidung tersumbat. Dekongestan bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah di daerah hidung sehingga melegakan hidung tersumbat karena pembengkakan mukosa. Obat-obat yang termasuk ke dalam dekongestan antara lain fenil propanol amin (PPA), fenilefrin , pseudoefedrin, dan efedrin.
Hati-hati penggunaan dekongestan pada pasien hipertensi, hipertiroid, penyakit jantung koroner, penyakit iskemia jantung, glaukoma, pembesaran kelenjar prostat, diabetes. Penggunaan pada kondisi tersebut hanya dilakukan atas saran dokter. Sebelum menggunakan obat ini disarankan untuk membaca aturan pemakaian pada kemasan obat terlebih dahulu.
c)       Mempunyai anti-alergi (Antihistamin ).
Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati batuk atau pilek akibat alergi. Obat ini efektif untuk pilek yang disebabkan oleh alergi, namun hanya memiliki sedikit manfaat untuk mengatasi hidung tersumbat. Oleh karena itu, pada beberapa produk antihistamin dikombinasikan dengan dekongestan. Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain klorfeniramin maleat/klorfenon (CTM), prometazin, tripolidin, dan difenhidramin. Obat flu yang mengandung antihistamin dapat menyebabkan mengantuk, oleh karena itu, setelah menggunakan obat flu jangan menjalankan mesin atau mengendarai kendaraan bermotor.

d)       Sebagai obat batuk, baik itu bersifat sebagai antitusif maupun juga sebagai ekspektoran
Antitusif merupakan obat batuk yang bekerja dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam antitusif diantaranya adalah dekstrometorfan HBr, noskapin, dan difenhidramin HCl.
Ekspektoran juga  merupakan obat untuk mengatasi batuk dengan meningkatkan sekresi cairan saluran napas, sehingga mengencerkan dan mempermudah pengeluaran sekret (dahak). Cara menggunakan obat yang tepat adalah di samping menggunakan ekspektoran, minum air dalam jumlah banyak untuk membantu mengencerkan dahak dari saluran napas. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam ekspektoran diantaranya gliseril guaiakolat, amonium klorida, bromheksin, succus liquiritiae. 

Hentikan swamedikasi dan konsultasikan segera ke dokter, jika:
a)       Demam masih timbul selama lebih dari 3 hari setelah pengobatan.
b)       Sakit di tenggorokan bertambah parah selama lebih dari 2 hari pengobatan dan diikuti gejala lain seperti demam, sakit kepala, mual dan muntah.
c)       Batuk tidak membaik setelah 7-14 hari mengkonsumsi obat.
d)       Nyeri otot tidak kunjung hilang atau bertambah parah selama 10 hari (dewasa) atau 5 hari (anak-anak) pengobatan.


Thursday 2 March 2017




EFEK SAMPING BEBERAPA OBAT-OBATAN

  1. History Efek samping Thalidomide
Thalidomide merupakan suatu obat sedative hipnotik untuk mengatasi insomnia.
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur.
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan untuk tidur. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis.
Thalidomide, diluncurkan pada tanggal 1 Oktober 1957, diindikasikan untuk sebagai penghilang rasa sakit yang efektif dan tranquiliser dan dinyatakan sebagai "obat ajaib" untuk insomnia, batuk, pilek dan sakit kepala.
Tranquilizers (ataraktika atau anksiolitika) adalah obat yang bekerja secra sedative, merelaksasi otot dan antikonvulsif. Digunakan pada keadaan-keadaan neurotis (gelisah, takut,stess).
Namun dalam perjalanannya obat ini banyak disalahresepkan pada ibu hamil untuk mengatasi gejala mual dan muntah. Thalidomide juga digunakan sebagai antiemetik yang efektif yang memiliki efek menghilangkan morning sickness, dan ribuan wanita hamil menggunakan obat ini untuk meringankan gejala mereka karena efeknya yang luar biasa. Bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pada saat hamil mengkonsumsi thalidomide ditemukan cacat baik dalam bentuk Amelia (tidak memiliki tangan dan kaki), fokomelia (lengan dan kaki tidak lengkap), bibir sumbing (labioschisis), tanpa langit-langit (palatoschisis) , tanpa mata (anophtalmus), tanpa telinga (anotia), tanpa tempurung kepala (anencephali), hingga abnormalitas berbagai organ tubuh.
Pada pertengahan tahun 1962, Thalidomide dinyatakan ditarik dari peredaran di seluruh dunia. Yang paling tragis, untuk menghentikan tragedi obat ini diperlukan waktu yang amat panjang, yaitu 8 tahun dengan korban lebih dari 10.000 bayi cacat di seluruh dunia.
  1. Menggunakan teknologi yang dikembangkan 20 tahun lalu untuk mempelajari reseptor, peneliti mengidentifikasi salah satu ikatan mitra thalidomide oleh lapisan manik-manik magnet dengan turunan dari obat, kemudian menggunakan magnet untuk menarik keluar setiap protein yang terikat oleh obat dari ekstrak sel manusia. Tim mempersempit target obat untuk CRBN, ketika thalidomide terikat akan menghambat ekspresi faktor pertumbuhan yang diperlukan untuk perkembangan sel-sel di kaki dan telinga.
  2. Tidak ditemukan gejala ini pada uji/ eksperimen pada hewan uji karena dampaknya pada perkembangan embrio atau teratogenik, tidak ditemukan pada hewan eksperimen karena obat tidak mempengaruhi tikus dengan cara yang sama. Hal ini lah yang menyebabkan Thalidomide lolos uji.
  3. Ketika embrio ikan zebra diperlakukan dengan thalidomide, mereka menyadari bahwa pengembangan sirip dada dan pendengaran vesikula (setara dengan lengan dan telinga pada manusia) sangat kerdil. Dan ketika embrio itu kemudian disuntikkan dengan menggunakan versi mutan zCRBN (versi CRBN ikan zebra) yang tidak diikat oleh thalidomide, para peneliti mengidentifikasi bahwa mereka dapat menyelamatkan pertumbuhan anggota badan. Mereka validasi temuan lebih lanjut pada anak ayam.
    "Cereblon merupakan target utama dari teratogenisitas thalidomide" tulis para peneliti dalam Rata Penuhartikel di Jurnal Science mereka
  4. Para ilmuwan telah menemukan mekanisme utama dimana thalidomide menyebabkan kaki cacat pada embrio. Hal ini merupakan efek samping yang diketahui setelah terjadi kecacatan pada ribuan bayi yang lahir dari ibu yang telah diresepkan Thalidomide untuk morning sickness. Penelitian di jurnal Science mengungkapkan bahwa thalidomide mengikat dan menonaktifkan cereblon protein (CRBN), yang berperan sangat penting dalam pembentukan anggota tubuh.
  5. Thalidomide bisa efektif dalam pengobatan kanker tertentu dan kusta, tetapi kenyataan bahwa Thalidomide menyebabkan bayi lahir cacat bagi ibu hamil, maka penggunaannya tetap dianggap berisiko dan kontroversial.

  1. Obat-obat yang menimbulkan efek samping



 


 

Semoga bermanfaat