Sunday 9 July 2017



Stem Cell untuk pengobatan penyakit 

  1. Sejarah
      Penelitian Stem sel dimulai pada tahun 1960-an setelah dilakukannya penelitian oleh ilmuwan Kanada, Ernest A. McCulloch dan James E. Till.
      Karena sifat unggulnya itulah Stem Sel dari darah tali pusat makin menarik perhatian untuk diteliti dan digunakan bagi terapi berbagai jenis penyakit. Tahun 1988 untuk pertama kali di Perancis dilakukan terapi Stem Sel menggunakan darah tali pusat. Selama ini tali pusat dan plasenta biasanya cuma dibuang atau dikubur. Kini, daripada disia-siakan, darah yang berada di tali pusat dan plasenta yang kaya akan sel punca sejak tahun 2000 mulai disimpan untuk dua keperluan: untuk pengobatan penyakit darah seperti leukemia dan talasemia serta untuk cadangan bagi si bayi jika suatu saat nanti ia menjadi penderita penyakit degeneratif.
      Percobaan sel punca pada tikus percobaan telah dilakukan sejak 10 tahun lalu oleh ilmuwan dari Albert Einstein College of Medicine, Amerika Serikat. Dalam riset tersebut, para ahli berhasil mengatasi kerusakan akibat stroke pada otak tikus yang disuntikkan sel punca. Dalam tempo enam minggu, sel punca itu tumbuh menjadi sel saraf yang matang sekaligus membuktikan kemungkinan dilakukannya metode itu pada mamalia.
      Christian Drapeau, salah satu peneliti yang tentang Stem Cell mengatakan, “ Hasil penelitian ilmiah menunjukkan Satu-satunya kondisi yang terpenting dalam pemeliharaan kesehatan secara optimal adalah dengan cara meningkatkan sirkulasi jumlah stem cell dalam tubuh.” Penelitian stem cell masih terus dilakukan sampai saat ini. Bagaimana cara stem cell mengupayakan regenerasi jaringan yang rusak ? Riset in vitro maupun in vivo telah berhasil mengungkapkan beberapa hal untuk menjawab pertanyaan ini, antara lain dengan diferensiasi, produksi faktor pertumbuhan (growth factors), dan terapi gen.
      Di Indonesia, praktek sel punca juga sudah dilakukan untuk menangani penyakit, seperti jantung, diabetes, cedera saraf tulang belakang, hingga kerusakan tulang rawan.
      Seperti diatur dalam Permenkes Nomor 833 tahun 2009, dalam Pasal 1 ayat 1 disebutkan, sel punca adalah sel tubuh manusia dengan kemampuan istimewa memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri dan mampu berdiferensiasi menjadi sel lain.
      Menurut Permenkes Nomor 32 tahun 2014, juga terdapat 11 rumah sakit yang ditunjuk untuk menjalani terapi sel punca. Kesebelas rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Jantung Harapan Kita (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Persahabatan (Jakarta), RS Fatmawati (Jakarta), RS Dr. M Djamil (Padang), RS Hasan Sadikin (Bandung), RS Dr. Soetomo (Surabaya), RS Dr Kariadi (Semarang), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Bali).
      Rumah sakit tersebut harus memiliki fasilitas instalasi sel punca, bank sel punca, riset terpadu, hingga tenaga medis yang memiliki keahlian di bidang sel punca. Adapun pengolahan stem cell boleh dilakukan di dalam maupun di luar rumah sakit.

  1. Definisi
      Stem cell / sel punca adalah suatu sel yang memiliki kapasitas untuk berkembang menjadi jenis sel lainnya. Sejauh mana kapasitas perubahannya akan tergantung dari jenis stemcellnya (unipoten, pluripoten, omnipoten) serta asal jaringan awalnya (dari lemak, otot jantung, embrio, tali pusat, dsb). Hanya saja riset yang luas dan besar masih diperlukan agar terapi ini dapat diaplikasikan secara massal / luas. Hal ini diperlukan karena terapi dengan sel punca bukan berarti tidak ada resiko yang ditimbulkan dari terapi tersebut. Selain itu biaya juga masih sangat tinggi untuk sebagian besar masyarakat. Secara umum, ilmu mengenai stem cell ini memiliki masa depan yang cerah dan diharapkan dapt menjadi solusi dari berbagai penyakit yang belum dapat disembuhkan sepenuhnya saat ini (berbagai gangguan jantung, pembuluh darah, ginjal, hati, tulang dan sendi, sampai gangguan pada sumsum tulang dan produksi sel-sel darah). Potensi aplikasinya sangat luas.
      Bidang ini merupakan bidang yang masih sangat berkembang, dimana belum ada satu negara / institusi apapun yang memiliki keunggulan jauh diatas institusi / lembaga lainnya. Peran / peluang Indonesia menjadi salah satu negara yang maju dalam penelitian sel punca masih sangat terbuka lebar. Perlu diketahui juga bahwa riset mengenai sel punca ini sudah cukup banyak mulai dilakukan pada pasien manusia.

  1. Jenis-jenis transplantasi Stem sel
  1. Transplantasi Stem sel dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Umumnya Stem Sel diambil dari sumsum tulang belakang karena memiliki lebih banyak Stem Sel. Hanya ada satu sel punca dalam 10.000 sel sumsum tulang belakang. Sedangkan dalam darah, hanya ada satu Stem Sel di antara 100.000 sel. Isolasi Stem Sel dipastikan dengan fluorescence activated cell sorting (FACS) atau flowcytometer. FACS merupakan alat pendeteksi karakteristik suatu sel berdasarkan pendaran sinar fluoresens. FACS melihat tanda penomoran tertentu pada sel punca, yang dikenal sebagai cluster of differentiation. Misalnya, CD105 dan CD73 untuk penanda sel punca mesenkimal (mampu berdiferensiasi menjadi sel penyusun jaringan ikat, seperti osteosit, kondrosit, dan adiposit), Stem Sel hematopoietik CD34, sel punca saraf CD133, dan sel punca jantung Sca-1. Dalam laboratorium, Stem Sel yang diisolasi kemudian dibiakkan dalam larutan agar memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi organ tubuh tertentu. Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung, dan tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik.
      Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranestesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berproliferasi. Pada akhirnya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi.  Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi sumsum tulang memerlukan kecocokan HLA 6/6 atau paling tidak 5/6. Risiko lainnya adalah timbulnya penyakit GvHD, di mana sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologi menyerang sel-sel resipien. Selain itu, risiko kontaminasi virus lebih tinggi dan prosedur pencarian donor yang memakan waktu lama.

  1. Transplantasi Stem sel darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang.Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut aferesis.Jika resipien membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sel induk dan mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat. Selain itu, pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya perlu sekitar 100 cc. Keuntungan lain, sel induk darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentan, tidak setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang.

  1. Transplantasi sel induk darah tali pusat
Pada tahun 1970-an, para peneliti menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel induk dari sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung sejumlah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan di atas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa. Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Perancis pada penderita anemia Fanconi tahun 1988. Pada tahun 1991, darah tali pusat ditransplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous Leukemia.[rujukan?] Kedua transplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-kira 3.000 transplantasi darah tali pusat.

  1. Transplantasi Gigi Susu
Saat ini peneliti sedang mempelajari bagaimana stem cell dari gigi susu ini dapat digunakan untuk mengobati sejumlah penyakit dan kondisi, termasuk diabetes, cedera tulang belakang, stroke dan masalah hati. Gigi susu bagian depan yang goyah lalu dicabut, emudian pulpa gigi dari gigi susu ini dikumpulkan, dibekukan dan disimpan selama 30 tahun atau lebih sampai nanti dibutuhkan. Ternyata pulpa gigi ini dapat mengobati penyakit, dan hasil ekstraksi menemukan gigi susu ini bisa menjadi sumber stem cell yang baik. Di dalam giginya ada sel dan bisa disimpan di dalam lemari es yang besar. Jika nanti terjadi sesuatu atau membutuhkan operasi, maka sel-selnya ini akan membuatnya menjadi lebih baik.

  1. Proses Pengkulturan Stem Cell di Laboratorium
      Seperti yang telah dijelaskan di atas, stem cell tersebut diambil dari sel tubuh yang kemudian dikultur di laboratorium. Menurut para peneliti, embryonic stem cell lebih mudah diekstrak dan dikultur dibandingkan dengan adult stem cell. Adult Stem cell tidak hanya sulit ditemukan di jaringan orang dewasa, namun juga sulit direplikasi di laboratorium. Meskipun embryonic stem cell dapat ditumbuhkan secara efektif di laboratorium namun masih cukup sulit untuk di control. Peneliti masih terus berusaha membuat mereka tumbuh menjadi jenis jaringan tertentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
      Adapun proses replikasi stem cell dari embryonic stem cell adalah dengan melakukan pengkulturan secara in vitro. Stem cell diambil dari embrio pada fase blastosit (berumur 5-7 hari setelah pembuahan). Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel induk embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro di laboratorium. Sel yang terdapat pada bagian dalam dari blastosit inilah yang dinamakan stem cell. Blastosit yang akan digunakan pertama akan ditumbuhkan di dalam cairan kaya nutrisi pada  petridish. Setelah sel bereplikasi beberapa kali dan membentuk banyak sel, sel-sel yang telah terbentuk akan dipindahkan ke beberapa petridish lain. Hanya dalam waktu beberapa bulan, beberapa stem cell bisa menjadi jutaan jumlahnya. Sel-sel yang telah berkembang dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya. Embrionic stem cell yang sudah di kultur selama beberapa bulan tanpa differensiasi di sebut stem cell line. Cell line dapat dibekukan dan di bagi antar laboratorium.
      Biasanya sel yang berhasil ditumbuhkan akan diinjeksikan ke tubuh pasien untuk kemudian menggantikan jaringan yang rusak akibat terserang penyakit. Differensiasi stem cell di picu oleh pemicu internal dan eksternal. Pemicu internal adalah gen dalam setiap sel yang akan memandu bagaimana sel seharusnya berfungsi. Pemicu eksternal adalah bahan kimia yang dilepaskan oleh sel lain yang dapat mengubah cara kerja stem cell tersebut. Para peneliti sangat paham bahwa inisiasi oleh gen merupakan tahapan krusial bagi proses differensiasi, maka mereka melakukan eksperimen dengan memasukkan gen tertentu ke dalam kultur lalu menggunakannya untuk mencoba membuat stem cell terdifferensiasi menjadi sel tertentu. Namun semacam signal diperlukan untuk mentrigger stem cell agar terdifferensiasi. Dan sampai saat ini peneliti masih terus mencari signal tersebut. Selain itu masih ada masalah lain yang harus dihadapi dalam penggunaan stem cell. Salah satu adalah penolakan oleh organ yang akan menerima donor. Jika pasien di injeksi dengan stem cell dari embrio donator, sistem imunnya akan melihat sel tersebut sebagai invader asing dan akan menyerangnya. Selain itu penerima stem cell harus memiliki lingkungan sehat karena stem cell yang ditanam akan mampu untuk tetap hidup, hal ini dikarenakan stem cell adalah sel muda yang sangat sensitif terhadap segala jenis toksin. Penanaman stem sel harus sesegera mungkin karena hanya bertahan selama tiga hari.

  1. Proses terapi
      Terapi sel punca melalui tiga proses. Pertama adalah penyediaan sel punca. Kedua penyimpanan, serta ketiga penggunaan di klinik. Sumber sel punca dapat berasal dari pasien yang akan diobati atau dari orang lain. Jika berasal dari orang lain, apalagi berasal bukan dari manusia, kita menghadapi risiko penularan penyakit. Perlu penyaringan yang teliti agar donor tidak menularkan penyakit kepada yang menerima sel punca. Selain itu, sel punca tersebut hendaknya tidak mempunyai kelainan genetik yang dalam jangka waktu lama baru akan bermanifestasi sebagai penyakit.
      Pada proses kedua, yaitu penyimpanan, selain risiko tercemar jasad renik (bakteri, virus, parasit), juga harus menjamin sel punca tersebut hidup dan tumbuh dengan baik. Karena itulah, laboratorium yang mengambil dan menyimpan sel punca ini harus merupakan laboratorium yang diakui baik.
      Pada proses ketiga, yaitu penggunaan klinik, risiko yang dapat terjadi adalah penularan penyakit dan sel punca mungkin tidak bekerja. Pada stroke, misalnya, kita berharap sel punca akan mencapai bagian-bagian otak yang mengalami kerusakan. Jika sel punca diberikan secara infus, belum jelas berapa persen yang akan mencapai otak. Pada terapi sel punca untuk jantung, sel punca diberikan ke pembuluh darah koroner jantung melalui katerisasi. Adapun untuk terapi otot jantung, sel punca disuntikkan dengan bantuan alat yang disebut NOGA.



-------------------------------Semoga bermanfaat -------------------------------------------------------



Tuesday 9 May 2017



KONDISI PRE DIABETES

I.                   Gejala Pre-Diabetes :
Gula darah sewaktu (GDS) >= 200 ditambah adanya gejala klasik DM (sering kencing, sering lapar, sering haus, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya)
Diabetes secara singkat dapat dikenali gejalanya dengan 3 P : Polifagi, Polidipsi, dan Poliuria.
1.      Polifagia merupakan gejala diabetes berupa rasa lapar yang kerap muncul meski sudah makan.
2.      Polidipsi merupakan rasa haus yang terus menerus muncul.
3.      Poliuria adalah efeknya, yakni terus menerus buang air kecil.  Sering buang air kecil dengan jumlah urine yang tidak normal seringkali merupakan gejala diabetes. Hal ini disebabkan karena tubuh berusaha membersihkan glukosa yang tidak terpakai di darah melalui urine. Diabetes Mellitus atau kencing manis dimana ketika kadar gula darah terlalu tinggi maka akan memicu sistem kemih untuk lebih banyak bekerja. Hasilnya tentu ialah peningkatan frekuensi buang air kecil
Gejala ini adalah gejala klasik diabetes yang bisa diikuti dengan gejala lainnya jika diabetes sudah mulai berkomplikasi seperti rasa kesemutan jika diabetes sudah mulai merusak saraf, pandangan kurang jelas jka diabetes sudah menyebabkan katarak dan lain sebagainya
II.                Kenapa bisa timbul gejala  tersebut
Pada keadaan normal, tubuh mendapatkan pasokan gula dari makanan, setelah dicerna dan masuk ke dalam darah dapat digunakan sebagai sumber energi, terdapat hormon insulin yang bertugas untuk mengambil gula tersebut dari darah ke dalam sel-sel tubuh, namun pada penderita diabetes melitus (DM) terjadi kekurangan hormon insulin, yaitu pada DM tipe 1 atau sel-sel tubuh menjadi kurang peka terhadap hormon insulin yaitu pada DM tipe 2, sehingga gula tetap ada di dalam darah yang menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi, dapat diketahui melalui pemeriksaan darah. Seperti dijelaskan diatas sel-sel tersebut kekurangan gula sebagai sumber energi karena gula tetap ada di dalam darah, hal inilah yang menyebabkan penderita DM mudah lelah dan ngantuk. Dikarenakan sel-sel tubuh dalam keadaan kurang gula, maka otak merespon untuk meningkatkan asupan makanan sehingga terjadilah rasa lapar. Kadar gula darah yang tinggi bersifat menarik air, sehingga menyebabkan air di dalam sel tertarik keluar yang membuat respon otak untuk menimbulkan rasa haus.
III.             Diagnosa Diabetes :
Diagnosis diabetes dapat ditegakkan dengan salah satu atau lebih dari :
1.      Gula darah puasa (GDP) > 126       atau
2.      Gula 2 jam setelah makan (GD2PP) >  200    atau
3.      Gula darah sewaktu (GDS) >  200 ditambah adanya gejala klasik DM (sering kencing, sering lapar, sering haus, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya)     atau
4.      Hba1C >= 16,5% dengan metode terstandar NGSP
GDP antara 110-125 merupakan suatu GDPT / glukosa darah puasa terganggu, merupakan suatu kondisi pra-diabet. GD2PP 140-199 disebut TGT / toleransi glukosa terganggu, juga dianggap sebagai suatu kondisi pra diabet.

III. Tindak lanjut disarankan
1.      Jika anda baru pertama kali terkena DM, maka disarankan agar kontrol ke dokter 1 bulan sekali, untuk melihat respon obat yang diberikan cocok atau tidak. Biasanya saat pertama minum obat gula tersebut, maka akan muncul perasaan mual atau tidak enak, jika perasaan mual itu terus muncul ketika sudah beberapa hari minum obat, lebih baik konsultasi lagi ke dokter untuk menanyakan dapat diganti dengan obat lain atau tidak.
2.      Untuk asupan makanan sendiri biasanya memakai patokan 3 kali makan berat, 2 kali snack di antara makan berat. makan berat nya sendiri tidak boleh dalam porsi langsung sekali besar, ada takaran nya. Jika saudara ingin mengetahui lebih lanjut, dapat berkonsultasi dengan dokter gizi, untuk mengetahui asupan yang tepat untuk anda sesuai dengan berat badan anda.
3.      Sebenarnya untuk minuman manis, maupun jika ada hari raya, boleh-boleh saja makan yang ber"gula" namun tentu jangan terlalu berlebihan, pun jangan terlalu khawatir, karena jika anda minum obat DM teratur, maka gula darah anda pun akan terkontrol.
4.      Untuk berat badan sendiri, biasanya akan meningkat seiring gula darah anda terkontrol. jika berat badan tidak naik, dapat berkonsultasi dengan dokter yang merawat anda, maupun dokter gizi.
IV.             Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus merupakan kondisi penyakit yang cukup langka, dengan gejala selalu merasa haus dan sering membuang air kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Diabetes insipidus ini dibagi menjadi 2 jenis utama yaitu:
- Diabetes insipidus kranial
- Diabetes insipidus nefrogenik
a.       Pada diabetes insipidus kranial disebabkan karena adanya gangguan pada sistem hormon di otak, hormon ini biasa disebut dengan vasopressin (atau disebut juga anti-diuretic hormone). Vasopressin ini berfungsi dalam mengatur jumlah cairan yang keluar dari dalam tubuh dengan mengurangi cairan yang keluar melalui urin. Pada kondisi diabetes insipidus hormon vasopressin ini mengalami gangguan sehingga cairan yang tadinya harus diatur untuk tetap berada di dalam tubuh sekarang menjadi tetap keluar melalui urin, sehingga pada penderita ini menunjukkan adanya gejala berupa buang air kecil yang banyak.
b.      Desmopressin adalah obat yang biasa digunakan pada diabetes insipidus kranial. Obat ini berfungsi dalam menggantikan kerja dari hormon vasopressin dengan cara mengatur pengeluaran cairan melalui urin. Jadi kerja dari obat desmopressin bukanlah sebagai obat yang menyembuhkan keadaan diabetes insipidus, namun obat ini membantu mengatur keadaan pengeluaran cairan dengan cara membantu fungsi dari hormon vasopressin.

V.                Keuntungan dan kerugian penggunaan Insulin
DM tipe 1 adalah keadaan dimana tubuh kita mengalami kerusakan untuk menghasilkan insulin, sedangkan DM tipe 2 dimana tubuh kita menghasilkan insulin akan tetapi kurang sensitif untuk mengatur kadar gula dalam darah.
Oleh karena itu pada orang DM tipe 1 biasanya lebih disarankan menggunkan insulin yang disuntikan mengingat tidak adanya insulin yang dihasilkan tubuh. Pada orang DM tipe 2 dapat dibantu dengan meminum obat yang akan membantu insulin lebih sensitif untuk mengatur kadar gula dalam darah.
1.      Kerugian menggunakan insulin :
·         tidak nyaman karena harus disuntikan langsung
·         menurunkan kadar gula dalam darah secara cepat sehingga pada penggunaan insulin harus berhati-hati dalam pola makan
2.      Keuntungan menggunakan insulin :
·         lebih efektif dalam mengontrol kadar gula darah 

VI.             Rekomendasi
  1. Untuk menurunakan kadar gula darah pada penderita diabetes, olahraga yang disarankan adalah olahraga yang merangsang banyak pengeluaran keringat, di antaranya:
Ø  Aerobik (jalan cepat, senam aerobik, renang, bersepeda, jogging)
Ø  Angkat beban (sit up, push up, angkat barbel)
Ø  Peregangan (yoga, tai chi), dsb
  1. Lakukan olahraga di atas secara teratur selama 30-45 menit sebanyak 3-4x seminggu. Selain itu, imbangi juga dengan melakukan pola hidup sehat, seperti:
Ø   Tidur yang cukup 7-8 jam sehari
Ø   Kendalikan stres dengan bijak
Ø   Perbanyak minum air putih 8-10 gelas perhari
Ø   Konsumsi makanan bergizi seimbang. Batasi makanan berkalori tinggi. Makan teratur dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering. Perbanyak makanan berserat (sayur, buah, biji-bijian, jacang-kacangan).
Ø   Hindari rokok dan alkohol
Ø   Jaga berat badan ideal
Ø   Lakukan pemeriksaan gula darah secara rutin ke dokter